- Back to Home »
- Sejarah anime dan Likak Likuk masuk nya wibu ke indonesia
Pernah ultah
Anime (\アニメ) adalah Animasi Jepang (Japanese Animation) yang banyak digunakan di berbagai serial TV, Film, Video, Games, Komersial, dan Beberapa Situs Internet. Kian Lama Anime ini semakin Populer. Banyak Serial TV Anime yang diambil dari Manga (Komik Jepang). Nama Anime diambil dari kata Animation yang berarti Animasi. Di Jepang, Pelafalan kata Animation menjadi Anime-Shon, Kata ini kemudian disingkat menjadi Anime yang berarti Animasi buatan Jepang. Lalu bagaimana Perkembangan Animasi Jepang ini ?
Animasi mulai ada di Permulaan abad ke-20, saat para pembuat Film mengeksperimenkan Teknik Animasi yang sudah ada di Amerika Serikat, Prancis, Jerman dan Russia. Sejarah karya animasi di Jepang diawali dengan dilakukannya First Experiments in Animation oleh Shimokawa Bokoten, Koichi Junichi, dan Kitayama Seitaro pada tahun 1913. Kemudian diikuti film pendek karya Oten Shimokawa yang merupakan Anime pertama. Anime ini berjudul Imokawa Mukuzo Genkanban no Maki, Anime ini dibuat dan selesai pada tahun 1917, Anime ini hanya berlangsung selama 5 menit dan sampai sekarang Anime itu tidak dipakai lagi... Anime ini bercerita tentang seorang samurai sedang mengetes Pedangnya dengan suatu Target. Pada saat itu Oten membutuhkan waktu 6 bulan hanya untuk mengerjakan animasi sepanjang 5 menit tersebut dan masih berupa “film bisu”. Karya Oten itu kemudian disusul dengan anime berjudul Saru Kani Kassen dan Momotaro hasil karya Seitaro Kitayama pada tahun 1918, yang dibuat untuk pihak movie company Nihon Katsudo Shashin (Nikatsu). Pada tahun 1918 Seitaro kembali membuat anime dengan judul Taro no Banpei. Tetapi semua catatan tentang anime tersebut dikatakan hilang akibat gempa bumi di Tokyo pada tahun 1923.
.
Pada tahun 1927, Amerika Serikat telah berhasil membuat animasi dengan menggunakan suara (pada saat itu hanya menggunakan background music). Jepang kemudian mengikuti langkah itu dan anime pertama dengan menggunakan suara musik adalah Kujira (1927) karya Noburo Ofuji. Sedangkan anime pertama yang “berbicara” adalah karya Ofuji yang berjudul Kuro Nyago(1930) dan berdurasi 90 detik. Salah satu anime yang tercatat sebelum meletus Perang Dunia II dan merupakan anime pertama dengan menggunakan optic track (seperti yang digunakan pada masa sekarang) adalah Chikara To Onna No Yononaka (1932) karya Kenzo Masaoka.
Lama sesudah itu, tahun 1962 ada Anime yang merupakan Salah Satu Anime yang memasuki Era kesuksesan pertama. Anime ini bernama Tetsuwan Atom (Di Luar Jepang, Anime bernama Astro Boy) Karya Ozamu Tezuka. Astro Boy sangat Terkenal, bahkan sampai ditayangkan ke beberapa negara di luar Jepang. Namun, Astro Boy bukanlah animasi televisi buatan lokal pertama. Tahun 1960 adalah pertama kalinya ditayangkan anime TV di Jepang, yaitu yang merupakan Mittsu no Hanashi (Tree Tales) – The Third Bloodanime TV Special. Ozamu Tezuka dikatakan sebagai "Legenda dan Dewa para Manga". Astro Boy dibuat oleh Osamu Tezuka Production Animation Departement yang didirikan oleh Ozamu Tezuka (Dia mendirikan perusahaan baru ini di tahun 1962).
Seiring permulaan tahun 1970, Populasi pembelian Manga semakin Melonjak. Robot (Mecha) besar dalam anime pertama kali diperkenalkan pada tahun 1966 melalui karya Shotaro Kaneda, Tetsujin 28. Sejak itu mulai bermunculan anime-anime yang bertema hampir serupa, Contohnya Gundam. Anime yang diangkat dari karya mangaka dengan nama Monkey Punchyaitu Lupin Sansei (Lupin III) menjadi anime yang ditujukan bagi penonton dewasa dengan menyajikan humor-humor dewasa dan slapstick violence. Acara televisi ini ternyata sangat digemari sehingga muncul dalam bentuk film dan bahkan serial televisinya pun dibuat menjadi 2 sekuel.
Memasuki era 80-an, anime semakin digemari dan semakin banyak produser film yang berusaha memenuhi keinginan masyarakat. Pertumbuhan ini semakin ditunjang denganmunculnya kaset video sebagai media. Dengan adanya teknologi VCR, masyarakat bisa memperoleh anime kesayangan mereka dalam bentuk video.
Hal inilah yang kemudian mendorong munculnya versi video sebuah anime yang langsung dijual kepada masyarakat tanpa harus ditayangkan di televisi terlebih dahulu. (Dikenal dengan istilah OVA - Original Video Animation atau OAV - Original Animated Video). Keiji Nakazawa mengangkat tema korban Hiroshima dengan judul Hadashi no Gen yang diangkat menjadi anime pada tahun 1983 dengan sutradara Masaki Mari. Salah satu anime terkenal yang mengangkat tema serupa adalah Hotaru no Haka (Grave of the Fireflies). Dengan bermunculannya anime-anime dengan tema yang kompleks dan mendalam, maka anime telah menembus batasan “hanya untuk anak-anak” dan telah menjadi tontonan bagi berbagai macam tingkat usia pemirsa.
Anime masuk di Indonesia pertama kalinya adalah sekitar awal tahun 1980-an yang pada masa tersebut hadir dalam format video kaset. Tahun-tahun selanjutnya perjalanan hidup anime mengalami pasang surut dan sempat vakum seiring berakhirnya era mesin video Beta pada akhir tahun 1980-an. Sedangkan stasiun televisi lebih banyak memberikan jam tayangnya untuk animasi buatan Amerika atau Eropa yang dianggap lebih mudah memperoleh popularitas. Anime kemudian tidak lagi dianggap sebagai suatu trend sehingga sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan.
Hingga akhirnya pada pertengahan tahun 1990-an anime mulai kembali eksis dan merupakan hal yang menggembirakan bagi penggemar anime di Indonesia. Stasiun-stasiun televisi mulai kembali gencar menayangkan acara anime. Saint Seiya, Sailor Moon, Magic Girls, Magic Knight Rayearth, Dragon Ball, Shulato dan masih banyak judul lainnya yang pernah ditayangkan mendapatkan respon positif dari pada penggemarnya dimana masih tetap eksis walaupun sebagai kelompok minoritas dan secara tidak langsung mendukung perkembangan anime di Indonesia.
Tahun 1980-1989
Berawal dari serial Google V, Ultraman hingga anime klasik seperti Voltus V, Macross, Gundam bahkan dorama Klasik Oshin, sedikit demi sedikit masyarakat Indonesia mulai diperkenalkan kepada bentuk dan jenis hiburan yang berasal dari Jepang (J-Entertaintment). Pertama kali anime masuk di Indonesia adalah sekitar awal tahun 1980-an yang langsung menjadi trend di masyarakat. Hal ini disebabkan karena anime-anime pada masa tersebut merupakan pelopor dari eksistensi anime di Indonesia. Yaitu untuk pertama kalinya masyarakat mengenal anime, yang sama sekali berbeda dengan film-film animasi buatan Amerika atau Eropa Barat yang sebelumya merajai dominasi film di animasi Indonesia. Masyarakat memandang anime sebagai suatu bentuk hiburan baru yang unik dan menarik sehingga dengan cepat meraih popularitas. Penonton anime di Indonesia pada masa tersebut terutama adalah anak-anak.
Pada periode tersebut anime beredar dalam bentuk format video cassete yang muncul seiring dengan populernya mesin video Beta. Dan yang sangat berperan besar dalam peredaran dan perkembangan anime pada saat itu adalah Trio Video Tara, yaitu sebagai satu-satunya distributor resmi anime di Indonesia.
Anime yang masuk di Indonesia terutama adalah judul-judul yang populer dan dibuat di Jepang pada era 1970-an, yaitu anime genre science fiction yang banyak menampilkan cerita dengan mecha Super Robot, seperti Voltus V, God Sigma, Captain Giking, Getta Robo, atau Star Blazers. Selain genre science fiction, di Indonesia juga terdapat anime dengan genre komedi seperti Doraemon, genre Magical Girls seperti Lulu The Flower Angel, atau genre drama romance seperti Candy-Candy dan lain sebagainya.
TVRI sebagai satu-satunya stasiun televisi di Indonesia pada masa itu juga turut berperan dengan menayangkan anime. Dimulai dengan ditayangkannya anime Kum-Kum (Wanpaku Omukasi Kum-kun), sejak saat itu secara perlahan tapi pasti animo masyarakat terhadap anime mulai tumbuh.
Tahun-tahun selanjutnya perjalanan hidup anime mengalami pasang surut dan sempat vakum seiring dengan berakhirnya era mesin video Beta pada akhir tahun 1980-an. Hal ini juga dikarenakan stasiun televisi lebih banyak memberikan jam tayangnya untuk animasi buatan Amerika atau Eropa yang dianggap lebih mudah memperoleh popularitas. Trend anime kemudian mulai memudar dan sedikit demi sedikit ditinggalkan dan masyarakat beralih ke sesuatu yang lebih populer pada saat itu. Tetapi bagi para penggemar anime sesungguhnya yang tidak hanya sekedar mengikuti trend, masih tetap eksis walaupun hanya sebagai kelompok minoritas diantara dominasi film Amerika terutama produksi Disney.
Tahun 1990-1999
Anime mulai kembali eksis di Indonesia pada awal tahun 1990-an, yaitu seiring dengan bermunculan stasiun-stasiun televisi baru seperti RCTI disusul kemudian oleh SCTV dan Indosiar. Stasiun-stasiun TV tersebut mulai gencar menayangkan sejumlah judul anime yang kemudian menjadi hits atau populer terutama oleh target pemirsa anak-anak, diantaranya seperti Doraemon, Saint Seiya, Sailor Moon, Magic Girls, Magic Knight Rayearth, Born to Cook, Dragon Ball, Shulato dan masih banyak judul lainnya yang pernah ditayangkan oleh stasiun televisi sehingga secara tidak langsung mendukung perkembangan anime di Indonesia.
Anime Doraemon mulai diperkenalkan kepada masyarakat Indonesia sejak tahun 1991 yang ditayangkan oleh RCTI. Kisah serial Doraemon yang menampilkan kehidupan sehari-hari dari karakter Doraemon, Nobita, dan kawan-kawannya ini menjadi sangat populer dikalangan anak-anak bahkan orang dewasa. Hal ini karena meskipun dengan cerita yang sederhana karena memang ditujukan untuk target pemirsa anak-anak, namun ditampilkan secara menarik sehingga serial ini sampai sekarang mampu bertahan hingga selama lebih dari 20 tahun sejak pertama kali penayangannya.
Meskipun belum dapat mengalahkan dominasi film-film animasi Amerika namun dapat dikatakan dengan ditayangkannya anime-anime tersebut merupakan suatu pernyataan bahwa anime masih dapat berkembang dan diterima oleh masyarakat. Hal ini tentu saja mendapat respon positif serta merupakan sesuatu yang menggembirakan bagi para otaku di Indonesia.
Kemudian karena terjadinya krisis ekonomi di Indonesia, anime pun berada dalam kondisi kritis. Hal ini dapat dilihat dari jumlah jam tayang anime di televisi yang mulai menunjukkan penurunan, dimana juga sempat memunculkan kekhawatiran dari para otaku bahwa sekali lagi perjalanan hidup anime berakhir sampai disitu saja.
Hingga akhirnya pada akhir tahun 1990-an anime mulai kembali booming dan menjadi trend karena adanya ‘demam’ Pokemon (Pocket Monster) yang melanda Indonesia. Siapa yang tidak ingat dengan Pokemon? Pokemon adalah salah satu nama dagang paling kontroversial di dunia ini. Mulai dari jasanya dalam mempopulerkan Game Boy, sistem game handheld terlaris di dunia, hingga mendapatkan penghargaan lewat tokoh Pikachu yang dinobatkan sebagai salah satu figur paling berpengaruh di dunia. Disusul kemudian kesuksesan versi manga, serial anime, dan anime movie yang bahkan meraih sukses besar di Amerika.
Trend anime ini juga didukung dengan munculnya distributor resmi yang berusaha memenuhi kebutuhan otaku akan masuknya lebih banyak anime di Indonesia. Sejak tahun 1999, P.T. Ardya Insani Internasional yang dikenal dengan Tora Home Entertainment selaku pemegang lisensi di Indonesia, bekerja sama dengan pihak Animation International Ltd (AI) yang merupakan distributor anime dari studio-studio ternama di Jepang. Dengan adanya kerjasama tersebut, pihak Tora berhasil mendapatkan ijin resmi untuk mendistribusikan sejumlah anime-anime populer seperti Neon Genesis Evangelion (Shin Seiki Evangelion), Curious Play (Fushigi Yuugi), Flame of Recca (Recca no Honou), Clamp School, Macross, dan lain sebagainya yang beredar dalam bentuk VCD.
Tahun 2000-2003
Anime mulai kembali meraih kesuksesan besar setelah stasiun televisi SCTV membuat gebrakan baru dengan program Animax-nya menayangkan anime Rurouni Kenshin yang diubah dengan judul Samurai X. Kisah seorang samurai pengembara ini menjadi demikian populer sehingga anime mengalami ‘kebangkitan’ kembali yang masih berlangsung hingga beberapa tahun kemudian. Serial anime Pokemon misalnya, ditayangkan pada jam tayang utama di SCTV dan termasuk yang pertama di Indonesia untuk tayangan film animasi. Hal ini merupakan suatu bukti nyata terhadap pengakuan keberadaan anime di Indonesia, karena melalui tayangan-tayangan tersebut sekali lagi masyarakat diperkenalkan bahwa sesungguhnya anime bukanlah sekedar hiburan untuk anak-anak saja. Hal ini dapat dilihat dari kecenderungan pemirsa yang lebih dewasa juga semakin menyukai film-film animasi buatan negeri Sakura tersebut.
Selain itu tayangan anime juga tampak mulai mendominasi tayangan film-film animasi di sejumlah stasiun televisi. Dunia anime di Indonesia memasuki babak baru dalam perkembangannya yang dianggap signifikan. Hampir setiap hari ditayangkan serial anime-anime populer, beberapa diantaranya seperti Samurai X, Sakura Wars, Dual!, Popolocrois, dan Pokemon oleh SCTV; Card Captor Sakura dan Fushigi Yuugi oleh TPI; Crayon Shinchan oleh RCTI; Meitantei Conan dan Inuyasha oleh Indosiar. Genre anime yang ditayangkan juga lebih beragam jika dibandngkan dengan anime-anime yang masuk pada periode 1980. Menyusul kesuksesan Pokemon, mulai gencar ditayangkan anime-anime dimana memiliki tema karakter yang serupa yaitu seperti Digimon Series maupun Monster Farm.
Selain televisi, anime mulai mencoba merambah bioskop, yaitu dengan menayangkan Doraemon the Movie. Anime movie dengan judul Daichohen Doraemon, Nobita no Taiyou o Densetsu atau yang diterjemahkan sebagai Doraemon Petualangan, Legenda Raja Matahari ini ditayangkan mulai tanggal 29 Juni 2001.
Film Doraemon ini merupakan anime versi layar lebar atau anime movie pertama di Indonesia. Anime ini mengisahkan petualangan Doraemon bersama Nobita dan kawan-kawannya di Negeri Mayana, Negeri ini terinspirasi oleh Maya, sebuah kerajaan kuno di Amerika Tengah yang lenyap secara misterius sebelum kedatangan para penakluk Spanyol. Di sana Doraemon dan kawan-kawan membantu Pangeran Tio dalam menghadapi Redina, seorang penyihir jahat.
Menariknya, versi manga dari anime ini sudah ditebitkan oleh P.T Elex Media Komputindo dengan judul yang sama, sebagai seri ke-20 Doraemon Petualangan. Penayangan anime dan penerbitan manga yang nyaris bersamaan ini sepertinya bukan kebetulan. Apalai anime ini mengalami sulih suara yang dikerjakan oleh tim dari serial Doraemon di RCTI. Semua ini tampaknya dibuat untuk memperingati 30 tahun kisah Doraemon dan 10 tahun keberadaan Doraemon di Indonesia. Meskipun tidak mengalami sukses yang luar biasa namun dengan penayangan Doraemon tersebut boleh dibilang sebagai langkah awal. Setelah ini, para penggemar anime boleh optimis terhadap keberadaan anime di bioskop Indonesia. Dan sudah waktunya layar bioskop menayangkan anime untuk target pemirsa usia remaja ke atas. Judul-judul anime legendari seperti Akira, Ghost in The Shell, Grave of Firefiles, dan Macross Plus sudah sangat dinantikan. Terlebih lagi setelah kemenangan Sen to Chihiro no Kamikakushi yang mendapatkan Academy Award sebagai film animasi terbaik pada bulan Maret 2003 yang lalu.
Selanjutnya hampir di sebagian besar stasiun televisi menayangkan anime. Bahkan beberapa diantaranya mempunyai program khusus untuk tayangan anime, seperti yang dilakukan oleh stasiun televisi baru pada jaman itu, TV7, sebagai salah satu anak perusahaan Gramedia, menayangkan program khusus anime setiap hari Senin hingga Jumat pada sore hari. Lalu, anime tidak hanya dapat dinikmati pada setiap hari Minggu pagi saja seperti yang terjadi sebelumnya, bahkan dapat dijumpai tayangan anime yang diputar setiap harinya selama seminggu. Jumlah tayang anime yang diputar di televisi sampai sudah tidak terhitung lagi karena begitu besar antusiasme pihak stasiun televisi untuk saling berlomba-lomba memanfaatkan momen trend anime ini. Seperti terobosan yang dilakukan Trans TV dalam menayangkan anime Movie dengan tema yang cukup ‘berat’ pada jam tayang utama (Prime Time), yaitu Blue Submarine No. 6 (Ao no Roku Go) dan Jin Roh: the Wolf Brigade.
Pada periode ini, kepopuleran anime sudah begitu sangat luar biasa sampai kepada kondisi yang sulit dibayangkan sebelumnya. Semenak akhir tahun 1990-an yang berlanjut hingga tahun 2000-an, jalur peredaran anime di Indonesia lebih banyak melalui rental maupun toko anime dalam format VCD/DVD. Hal ini semakin bertumbuh seiring dengan menjamurnya komunitas anime di Indonesia. Sehingga dengan demikian para otaku di Indonesia dapat terus mengikuti perkembangan anime terbaru yang sedang diputar atau digemari di Jepang. Kini jauh lebih mudah untuk mencari dan mendapatkan berbagai macam judul anime, bahkan para otaku dapat menikmati tontonannya hanya dalam jangka waktu beberapa hari setelah penayangannya di Jepang. Diantaranya seperti Wolf’s Rain, Saint Seiya: Hades Chapter, Ghost in The Shell: Stand Alone Complex, Junni Kokki, dan lainnya yang ditayangkan oleh televisi-televisi Jepang.
Tidak dapat disangkal bahwa anime mempunyai kaitan yang erat dengan trend. Berkat adanya trend anime, secara tidak langsung memiliki pengaruh terhadap eksistensi dan perkembangan anime di Indonesia. Untuk masyarakat umumnya lebih banyak mengikuti apa saja yang sedang menjadi trend terbaru.
Seperti yang tampak ketika fenomena Pokemon melanda Indonesia, yaitu dimana banyak orang begitu menjadi tergila-gila pada egala hal yang ‘berbau’ Pokemon terutama pada sosok karakter Pikachu yang lucu. Animenya yang terlebih dahulu terkenal ketika beredar daam format VCD tersebut kemudian menjadi salah satu judul yang paling populer di Indonesia.
Terutama setelah anime Movienya berjudul Myuutsu ni Gyakushuu (Pokemon The First Movie)
ditayangkan di bioskop-bioskop di Indonesia, booming Pokemon ini menjadi suatu trend yang fenomenal pada tahun 2000 yang lalu. Melihat kesuksesan Pokemon tersebut maka SCTV melihat peuang bagus untuk menayangkan anime pada jam tayang utama yang mendapat respon posistif dari masyarakat. Kenyataan bahwa anime dianggap sebagai suatu trend baru yang melanda Indonesia ini juga dapat dilihat seperti munculnya ‘demam’ Shinchan yang menghebohkan pada beberapa waktu yang lalu dimana sempat menjadi perdebatan paling kontroversial.
Sedangkan untuk kalangan otaku, pada dasarnya tidak terpengaruh atau hanya sekedar mengikuti pada apa yang menjadi trend atau fenomena di masyarakat. Perkembangan trend anime di kalangan otaku Indonesia lbih mengacu atau terpengaruh oleh trend anime yang sedang berlangsung di Jepang. Dengan kata lain, anime yang sedang digemari atau populer di Jepang umumnya juga populer di kalangan otakuy Terlebih lagi setelah para otaku di Indonesia kini dapat dengan mudah mendapatkan anime-anime terbaru yang sedang ditayangkan di Jepang hanya selang beberapa hari saja melalui peredaran anime fansub.
Pada tahun 1980-an, trend anime untuk pertama kalinya mulai melanda Indonesia dimana disebabkan karena pengaruh dari maraknya trend anime yang terjadi di Amerika. Anime-anime dengan genre mecha seperti Voltus V, Goshogun, atau GodSigma menjadi populer pada masa tersebut. Namun maraknya anime yang populer seiring dengan era mesin video Beta tersebut kemudian mulai semakin memudar. Pada awal tahun 1990-an, anime kembali menjadi sebuah trend ketika bermunculan stasiun-stasiun televisi baru dan mulai menyiarkan anime di layar kaca, diantaranya seperti Doraemon, Sailor Moon, dan Saint Seiya. Anime-anime itu mencapai sukses besar dan menjadi totonan yang sangat dinantikan oleh target permirsa anak-anak pada masa tersebut. Menjelang pertengahan tahun 1990-an, trend anime mulai kembali pudar dan hanya bertahan pada kalangan pengemar dan otaku saja.
ANime kemudian sekali lagi mulai terekspose setelah maraknya peredaran VCD anime bootleg, pada akhir tahun 1990-an. Fenomena ini didukung oleh banyaknya publikasi amajalah yang bermunculan dengan menawarkan anime-manga sebagai tema utama. Majalah-majalah tersebut seperti Animonster, AnimeInfo, Anime, Oops, Animix dan masih banyak lainnya ini memanfaatkan momen trend anime tersebut dimana sekaligus ingin turut membantu perkembangan anime di Indonesia. Dan sejak saat itu, booming anime mulai smakin terasa dan masih berlangsung hingga saat ini. Hal ini dapat dilihat dengan menjamurnya komunitas-komunitas anime yang kini semakin berani menyerukan kecintaan mereka terhadap anime.
Momen trend anime yang sedang terjadi di Indonesia ini, juga didukung oleh sejumlah stasiun televisi dengan menayangkan lebih banyak anime. Bahkan pada sejumlah stasiun televisi mempunyai program khusus anime. Trans TV sebagai stasiun televisi baru di Indonesia pada amsa itu, melihat trend anime yang sedang berkembang di Indonesia, yaitu dengan menayangkan anime-anime populer seperti Ninku, Trigun, atau Flame of Recca. Yang patut digarisbawahi adalah penayangan anime Movie denga tema’berat’ seperti Blue Submarine No. 6 dan Jin-roh: the Wolf Brigade serta rencana penayangan anime yang dapat dikategorikan sebagai anime kontroversial seperti Love Hina dan Neon Genesis Evangelion.
Berkat adanya trend ini tentunya merupakan hal yang menggembirakan bagi sebagian kalangan otaku di Indonesia. Karena hampir tiap harinya dapat dijumpai sejumlah tayangan anime. Judul-judul anime tertentu yang tidak terduga kemunculannya justru dijumpai tampil di layar televisi.
Penutup
Apa yang telah terjadi di masa lampau dengan boomingnya anime di Indonesia, semoga dapat menjadi tonggak sejak sejarah bagi kita yang hidup di periode yang sekarang ini. Semoga kesuksesan di masa lampau bisa kembali terulang dimasa depan sehingga kita dapat disuguhi oleh anime-anime yang menarik melaui stasiun televisi kita. Walaupun sekarang jamannya sinetron dan anime sudah sangat memudar (karena trend sinetron yang berkembang di masyarakat) tapi setidaknya ada pengharapan bagi kita yang ingin melihat kembali kesuksesan anime di Indonesia.
Kesimpulan
Jadi Wibu sudah ada dari tahun 80-an dan tidak tersangka wibu kembali lagi di era globalisasi(Just kidding) :v